Hutan Kota Malabar
Hutan Kota Malabar adalah nama sebuah ruang terbuka hijau yang berada di Kota Malang. Luasnya sekitar 16.718 meter persegi. Dulunya hutan kota ini cuma berupa tanah lapang luas yang ditumbuhi rumput serta beberapa pohon besar yang ada ditepi tanah lapang. Namun saat ini, tanah lapang tersebut telah ditumbuhi pohon yang sangat lebat sehingga mirip dengan hutan mini yang ada di tengah kota.
Sumber: blog.ub.ac.id
Saya mencoba mengingat-ingat saat masih sekolah taman kanal-kanak (TK). Mungkin sekitar tahun 1995 silam. Saat itu guru TK saya mengarak rombongan muridnya dengan berjalan saat peringatan Hari Kartini (tentunya dengan memakai baju daerah lengkap) ke Lapangan Malabar ini. Saat masa awal saya sekolah dasar pun, guru olahraga saya seringkali mengajak murid-muridnya ke lapangan ini saat pelajaran olahraga, terutama untuk bermain kasti karena lapangan ini memang cukup luas.
Seperti yang diketahui, Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Di kota ini terdapat berbagai perguruan tinggi terkemuka seperti Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, UIN Maliki, dan puluhan perguruan tinggi lainnya, sehingga Malang menjadi jujugan pelajar dari berbagai daerah. Selain itu banyak orang yang mendirikan tempat-tempat usaha dan bisnis. Tak heran dalam 20 tahun jumlah penduduk semakin meningkat diikuti dengan peningkatan volume kendaraan dan jumlah bangunan-bangunan tinggi. Mungkin hal inilah yang mendorong dibangunnya sebuah hutan kota. Sebuah ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan daerah resapan air.
Baru kira-kira sekitar tahun 1999 atau saat saya kelas 3 SD (kalau tidak salah ingat) pembangunan Lapangan Malabar menjadi hutan kota dimulai. Di sisi areal yang berbatasan dengan jalan raya mulai dibangun trotoar untuk pejalan kaki dan pagar pembatas. Selain itu didalam lapangan juga dipasang paving untuk pejalan kaki. Aneka pohon pun mulai ditanam. Saya ingat waktu itu pohon-pohon tersebut masih kecil sehingga masih perlu penyangga agar menjaganya tetap menancap di tanah.
Kini setelah 15 tahun berlalu pohon-pohon tadi sudah bertambah besar sehingga sinar matahari pun agak sulit untuk masuk ke hutan kota ini saking rimbunnya. Disekeliling hutan kota ini adalah jalan aspal, masing-masing Jalan Malabar, Jalan Merbabu, Jalan Guntur, dan Jalan Muria. Dulu dari Jalan Malabar (sisi selatan) mata dapat melihat dengan jelas kendaraan yang berlalu-lalang di Jalan Guntur (sisi utara). Namun sekarang tidak lagi, hal itu dikarenakan lebatnya pepohonan di Hutan Kota Malabar.
Semoga dengan adanya hutan kota ini bisa diikuti oleh kota-kota yang lain. Harusnya adanya ruang terbuka tidak hanya dipergunakan untuk membangun gedung, mal, dan bangunan-bangunan lainnya yang justru mengurangi daerah resapan sehingga menyebabkan banjir. Selain itu hutan kota juga merupakan tempat penghasil oksigen dan juga tempat berkumpul bagi keluarga.
Sumber:
http://wisatamalangindonesia.blogspot.com/2013/02/hutan-kota-malabar.html
Sumber: rinimutisari.blogspot.com
Baru kira-kira sekitar tahun 1999 atau saat saya kelas 3 SD (kalau tidak salah ingat) pembangunan Lapangan Malabar menjadi hutan kota dimulai. Di sisi areal yang berbatasan dengan jalan raya mulai dibangun trotoar untuk pejalan kaki dan pagar pembatas. Selain itu didalam lapangan juga dipasang paving untuk pejalan kaki. Aneka pohon pun mulai ditanam. Saya ingat waktu itu pohon-pohon tersebut masih kecil sehingga masih perlu penyangga agar menjaganya tetap menancap di tanah.
Sumber: malangraya.web.id
Sumber: vkmuwafaq.wordpress.com
Semoga dengan adanya hutan kota ini bisa diikuti oleh kota-kota yang lain. Harusnya adanya ruang terbuka tidak hanya dipergunakan untuk membangun gedung, mal, dan bangunan-bangunan lainnya yang justru mengurangi daerah resapan sehingga menyebabkan banjir. Selain itu hutan kota juga merupakan tempat penghasil oksigen dan juga tempat berkumpul bagi keluarga.
Sumber: satriyonegoro.wordpress.com
Sumber:
http://wisatamalangindonesia.blogspot.com/2013/02/hutan-kota-malabar.html
0 Response to "Hutan Kota Malabar"
Post a Comment